PENULISAN KATA
A. Kata Dasar
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya:
1. Kantor pajak penuh sesak.
2. Saya pergi ke sekolah.
3. Buku itu sangat tebal.
B. Kata Berimbuhan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya. Misalnya: berjalan, berkelanjutan, mempermudah, gemetar, lukisan, kemauan, perbaikan
Catatan:
Imbuhan yang diserap dari unsur asing, seperti -isme, -man, -wan, atau -wi, ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya. Misalnya: sukuisme, seniman, kamerawan, gerejawi
2. Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Misalnya: adibusana, infrastruktur, proaktif, aerodinamika, inkonvensional, purnawirawan, antarkota, kontraindikasi, saptakrida, antibiotik, kosponsor, semiprofesional, awahama, mancanegara, subbagian, bikarbonat, multilateral, swadaya, biokimia, narapidana, telewicara, dekameter, nonkolaborasi, transmigrasi, demoralisasi, paripurna, tunakarya, dwiwarna, pascasarjana, tritunggal, ekabahasa, pramusaji, tansuara, ekstrakurikuler, prasejarah, ultramodern.
Catatan:
a. Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital atau singkatan yang berupa huruf kapital dirangkaikan dengan tanda hubung (-).
Misalnya: non-Indonesia, pan-Afrikanisme, pro-Barat, non-ASEAN, anti-PKI
b. Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
1) Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
2) Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
c. Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama atau sifat Tuhan, kecuali kata esa, ditulis serangkai.
Misalnya:
Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
Sumber: Tim pengembang pedoman bahasa Indonesia. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar