Wikipedia

Hasil penelusuran

Minggu, 12 November 2017

HURUF MIRING

PENGGUNAAN HURUF MIRING


Penggunaan huruf miring atau italic merupakan salah satu variasi dalam penulisan. Beberapa bagian penulisan perlu dicetak miring supaya dapat membedakan dengan kata atau kalimat lainnya. Namun, penulisan miring ini tidak asal-asalan karena jika salah dalam menggunakan dapat membuat pembaca kesulitan untuk memahami penulisan. Penulisan huruf miring harus memenuhi beberapa aturan yang telah disepakati bersama supaya tulisan kita dapat semakin sempurna. Berikut ini beberapa aturan penggunaan huruf miring dalam bahasa Indonesia.
1.          Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku, nama majalah, atau nama surat kabar yang dikutip dalam tu­lisan, termasuk dalam daftar pustaka.
Misalnya:
a.    Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Ab­doel Moeis.
b.    Majalah Poedjangga Baroe menggelorakan semangat ke­bangsaan.
c.    Berita itu muncul dalam surat kabar Cakrawala.
d.   Pusat Bahasa. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Edisi Keempat (Cetakan Kedua). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

2.     Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau mengkhu­suskan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
Misalnya:
a.    Huruf terakhir kata abad adalah d.
b.    Dia tidak diantar, tetapi mengantar.
c.    Dalam bab ini tidak dibahas pemakaian tanda baca.
d.   Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan lepas tangan.


3.       Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau ungka­pan dalam bahasa daerah atau bahasa asing.
Misalnya:
a.    Upacara peusijuek (tepung tawar) menarik perhatian wisatawan asing yang berkunjung ke Aceh.
b.    Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
c.    Weltanschauung bermakna ‘pandangan dunia’.
d.   Ungkapan bhinneka tunggal ika dijadikan semboyan negara Indonesia.

Catatan:
a.    Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau organisasi, dalam bahasa asing atau bahasa daerah ti­dak ditulis dengan huruf miring.
b.    Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan komputer), bagian yang akan dicetak miring ditan-dai dengan garis bawah.
c.    Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbaha­sa daerah yang dikutip secara langsung dalam teks berbahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring.

Nah, itu beberapa aturan dalam menggunakan huruf miring dalam penulisan. Jadi jangan salah lagi dalam mengaplikasikan huruf miring dalam penulisan kita karena saat ini banyak sekali masyarakat yang serampangan menggunkan huruf miring. Penggunaan huruf miring yang tidak tepat dapat menyulitkan pembaca untuk memahami apa yang sudah kita tulis. Supaya tulisan kita banyak yang membaca, mari perhatikan aturan dalam penulisan sekecil apapun itu supaya pembaca betah dan mudah memahai apa yang sudah kita tulis.


Sumber: Tim pengembang pedoman bahasa Indonesia. 2016. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

BELAJAR BAHASA INDONESIA